[Case Study] Cara Membuat Bisnis Digital Serupa Kesuksesan Google
Pernahkah terbayang membuat perusahaan sebesar Google? Yang penghasilan per tahun mencapai 89 miliar dolar di tahun 2016. Google sebagai salah satu perusahaan digital advertising mengalami pertumbuhan yang positif....
Pernahkah terbayang membuat perusahaan sebesar Google? Yang penghasilan per tahun mencapai 89 miliar dolar di tahun 2016. Google sebagai salah satu perusahaan digital advertising mengalami pertumbuhan yang positif. Setiap tahun, pendapatan perusahaan ini mengalami peningkatan.
Pertumbuhan penghasilan Google (statista.com/statistics/266206/googles-annual-global-revenue)
Guna mencapai angka penghasilan tersebut, Google sendiri memerlukan 72.000 karyawan yang tersebar di 50 negara. Apakah Anda siap merintis perusahaan seperti demikian? No no no, jangan berpikir apatis. Google merintis usahanya dimulai dari garasi.
Foto Larry Page dan Sergey Brin (founder Google) saat membangun bisnisnya (google.com)
Namun, bisnis“garasi” tersebut mampu berubah bagai mesin uang. Setidaknya, semenjak IPO di tahun 2004, saham Google tumbuh positif hingga kedudukan mereka disejajarkan dengan dua raksasa teknologi dunia lainnya, Apple dan Microsoft. Pertanyaannya, bagaimana Google melakukan itu semua?
Meski bisnis bertujuan memperoleh uang, jangan lupa untuk berempati
Empati merupakan sumber Google mencapai kesuksesan. Di dalam bisnis, konsep empati ditunjukkan melalui metode human-centered design. Apa itu? Seluruh aktivitas dan keputusan bisnis didasari oleh masalah customer.
Mudahnya, Google lahir untuk menjawab permasalahan audience soal informasi. Oleh sebab itu, mereka hadir dengan kemampuan meng-crawl segala informasi yang ada di internet ke dalam satu platform yaitu mesin pencari. Bisa dilihat sampai sekarang, Google pun mengembangkan algoritmanya untuk menjamin kualitas informasi.
Timeline algoritma Google (sunburntech.com/blog/digital-marketing/seo-tools-to-check-google-algorithm-updates-and-changes)
Berkomitmen untuk menghasilkan produk baru di setiap hari
Meski tampak sebagai perusahaan“mesin pencari”, Google nyatanya terus berkembang. Mereka memproduksi produk-produk baru.
Apabila Anda ingin merintis bisnis selayaknya Google, jangan takut berinovasi. Kegagalan adalah“pos istirahat” sebelum mencapai keberhasilan. Oleh sebab itu, terus kembangkan produk atau layanan bisnis Anda sehingga mampu“menguasai” pasar dengan cepat.
Terkadang, inovasi memang perlu berpegang pada relevansi bisnis. Cobalah untuk merancang bisnis yang tidak terlalu“fokus” sehingga proses inovasi dan pengembangan produk bisa lebih leluasa. Belajar dari Google, mereka menyebut dirinya sebagai perusahaan iklan(bukan mesin pencari atau bahkan perusahaan digital). Oleh sebab itu, pengembangan produk mereka pun lebih leluasa.
Keragaman ide merupakan sumber daya yang perlu dioptimalkan
Google berawal dari dua orang. Di sepanjang perjalanan, mereka merekrut beragam karyawan dengan“isi otaknya” masing-masing. Tahu bahwa“otak” merupakan sumber daya yang luar biasa, Google pun tidak segan memberi kesempatan bagi para karyawannya untuk bermain dan bereksplorasi.
Aturan 80/20 Google (tekno.kompas.com/read/2013/03/11/17153022/Beginilah.Cara.Google.Bikin.Karyawan.Betah)
Nyatanya, ini menjadi fondasi utama bagi Google untuk membangun perusahaan sebesar sekarang. Setiap ide perlu diimplementasi ke dalam bentuk nyata. Akibatnya pun tidak main-main, Google berhasil menciptakan sistem operasi Android, platform video berbagi YouTube, hingga email platform Gmail dengan pengguna mencapai ratusan juta.
Terbiasa menganalisis dan melakukan perubahan secepat mungkin
Google hanya menerima“sesuatu yang bisa diukur”. Ketika menjalankan bisnis, analisis merupakan kunci untuk mengetahui kondisi bisnis Anda. Oleh sebab itu, perlu upaya sedemikian rupa sehingga setiap aktivitas di dalam bisnis mampu dimonitor. Google pun melakukan hal tersebut.
Dikutip dari situs cnnindonesia.com,“Mantan teknisi peranti lunak Google juga curhat, bahwa perusahaan hanya peduli dengan peningkatan kinerja yang bisa diukur.”
Tidak hanya ketika menyelesaikan proyek, para karyawan pun dituntut untuk beraktivitas lebih produktif di setiap hari. Seperti kutipan di atas, seluruh kegiatan karyawan di kantor harus bisa diukur. Hal ini bertujuan untuk memonitor kinerja karyawan secara lebih cermat dan mempercepat proses perbaikan kinerja. Salah tentu tak apa, asalkan dibarengi dengan perbaikan kinerja yang cepat.