
Pernah mencoba beriklan melalui video advertising?
Ialah, Bayu Skak yang merupakan Youtuber asal Malang. Berkat video, Ia berpenghasilan US$ 2000 hingga US$ 3000 atau setara puluhan juta sebulan. Belum lagi, apabila masuk tawaran video advertising dari produsen smartphone. Penghasilannya bisa berkali-kali lipat. Demikian penuturan Bayu Skak dalam sesi wawancara di salah satu tabloid nasional.
Saat artikel ini dibuat, jumlah subscriber channel youtube-nya mencapai 1.167.380. Setiap video yang Ia unggah mendapat viewer 100 ribu (minimal). Dengan jumlah subscriber menembus angka 1 juta, tidak heran apabila Ia sering mendapat tawaran kerja sama untuk membuat video advertising.
Seperti yang dipaparkan dalam artikel berjudul “Kisah Sukses Digital Marketer” sebelumnya, uang bukanlah masalah bagi pengiklan. Berdasarkan laporan dari GetCraft, para pengiklan mau “membakar” uang seniai Rp1,9 miliar per tahun untuk urusan digital marketing.
Video advertising merupakan salah satu media digital marketing baru yang seksi. Paling tidak, itulah yang bisa diserap dari laporan statistik InMobi.
Pada slide bertajuk “Top 2017 Mobile Advertising Trends in Indonesia” oleh InMobi, video advertising:
- Tumbuh 744% dari kuartal 1 ke kuartal 2 tahun 2016
- Digemari oleh pebisnis kategori retail, makanan & minuman, travel, dan otomotif
Dari dua hasil laporan tersebut, pertanyaan apa yang masih ada di benak Anda?
Video advertising, apakah benar-benar efektif?
Bagi pengiklan, pertanyaan seperti demikian adalah hal wajar. Untungnya, InMobi memiliki jawaban atas pertanyaan tersebut. Berdasar laporan yang sama, seperti di paragraf sebelumnya, ditemukan bahwa persentase engagement video advertising terbilang “superior”.
Tidak hanya di Indonesia, video advertising sedang populer pula di Amerika Serikat. Bahkan, kapan waktu dimana video dikonsumsi oleh visitor terekam dengan baik. Detail seperti demikian:
Masih dalam laporan yang sama, diketahui bahwa:
- Konsumen cenderung mengonsumsi video ads di pagi hari. Nilai puncak “kunjungan” tertinggi pada jam 5 pagi. Statistik ini berlaku hampir bagi semua generasi (millennials, generasi X, dan baby boomer)
- Rata-rata, konsumen lebih sering menonton konten video digital matketing melalui smartphone di pagi dan sore hari. Dan, mereka beralih ke tablet dan atau device non-mobile (connected TV, desktop, laptop) saat malam hari.
- Smartphone dan tablet memiliki skor lebih kecil dibanding TV, PC desktop, dan laptop untuk menyaksikan video. Namun, smartphone & tablet cenderung paling “efektif” untuk menangkap informasi iklan. Artinya, meski tidak begitu banyak digunakan untuk menyaksikan video advertising, smartphone & tablet efektif sekali sebagai media trasfer informasi dari pengiklan ke konsumen.
Potensi video advertising di masa depan
Soal potensi, video advertising cukup menjanjikan. BI Intelligence, organisasi research milik situs BusinessInsider.com, menemukan bahwa digital video advertising menjadi konten digital marketing dengan pertumbuhan sangat cepat dibanding konten-konten jenis lain. Hal itu, diprediksi akan tetap berlanjut hingga 5 tahun ke depan.
Kondisi masyarakat saat ini yang tidak bisa terlepas dari smartphone dan koneksi internet pun akan meningkatkan efektivitas video advertising. Ditambah lagi dengan lahirnya teknologi video 360-degree dan virtual reality. Keduanya akan menjadi media baru paling potensial bagi pebisnis digital untuk beriklan.
Meski begitu, pihak pengiklan tetap harus berpikir lebih teliti.
Taktik dan strategi digital marketing harus lebih diperuncing. Persentase kegagalan harus dirampingkan. Anda bisa berkonsultasi ke digital marketing agency kepercayaan Anda untuk membahas hal-hal teknis mengenai video advertising ini. Cermati secara seksama target market Anda supaya informasi di konten video “ditangkap” tepat oleh konsumen.