Strategi Marketing: 5 Dimensi Brand Personality Agar Bisnis Mudah Dikenal Customer
Merk bisnis akan menjadi pintu masuk bagi calon customer mengenal produk. Pun demikian dengan strategi marketing. Semakin matang merk bisnisnya, semakin mudah untuk memasarkannya. Terkait hal ini, Anda...
Merk bisnis akan menjadi pintu masuk bagi calon customer mengenal produk. Pun demikian dengan strategi marketing. Semakin matang merk bisnisnya, semakin mudah untuk memasarkannya.
Terkait hal ini, Anda akan diarahkan untuk mengenal elemen-elemen di dalam merk bisnis. Tujuannya, bisnis Anda terlihat berkarakter di mata calon customer sehingga perhatian mereka terhadap produk Anda meningkat.
Sebagai contoh, lihat Dove. Dimensi dari brand personality merk ini sudah terbangun dengan baik sehingga customer yang mendengar kata“Dove” akan berekspektasi sedemikian rupa.
Berikut ini penjabaran dari dimensi-dimensi yang dimaksud ilustrasi di atas.
Brand Competence
Customer ingin tahu apa“keahlian” produk Anda.
Untuk membangun basis customer yang kuat, diperlukan brand competence yang kuat. Dimensi ini berkaitan dengan“rasa percaya” customer terhadap produk Anda. Dia tidak pedui bagaimana caranya, customer hanya ingin mendapat“produk terbaik”.
Terkait ini, Anda bisa memakai TRUE brand compass. Metode ini dipakai untuk mempertegas kualitas produk kepada customer.
TRUE brand compass (experiencetheblog.com)
Awali dengan tampil apa adanya di hadapan customer. Maksud istilah“apa adanya” ini tetap terbatas pada keunggulan dan sedikit kelemahan produk Anda. Tidak ada produk sempurna, customer pun tahu hal tersebut.
Akan lebih baik lagi bila Anda tunjukkan production process pula. Sama halnya dengan film-film populer, cuplikan di belakang layar selalu menarik untuk dilihat.
Brand Sincerity
Meski hubungan antara Anda dan customer yaitu penjual dan pembeli, tidak sepatutnya mengeksploitasi customer. Bisnis yang terbukti langgeng selalu bersifat menguntungkan.
Bagi bisnis, asalkan customer mau“membayar” produk, hubungan akan tetap berlanjut. Lalu, bagaimana dengan customer? Supaya bisa menjawab hal tersebut, Anda pelajari prinsip Maslow’s Hierarchy of Needs.
Maslow’s hierarchy of needs (simplypsychology.org)
Berdasarkan hierarki tersebut, posisi produk Anda memenuhi kebutuhan customer di level mana? Atau“ditampilkan” untuk memenuhi kebutuhan mana?
Saat produk Anda mampu memenuhi salah satu kebutuhan customer tersebut, sampai kapan pun ia berpotensi setia terhadap produk Anda.
Maslow’s Hierarchy of Needs merupakan motif manusia berperilaku. Ketika brand message produk terindentifikasi oleh customer dan dipercaya memenuhi salah satu dari hierarki tersebut, maka customer akan menerima kehadiran Anda dengan tangan terbuka.
Brand Excitement
Apa efek pasca-customer menggunakan produk Anda? Jawabannya: rasa senang, puas, gembira, bangga, dan sejenisnya.
Customer ingin produk yang ia beli memberikan efek tersebut. Sebelum membeli produk, si customer pasti sudah memiliki ekspektasi“rasa senang atau puas” terkait produk yang ia beli. Memang benar, kebutuhan adalah dorongan ideal seseorang mengonsumsi sebuah produk. Namun, keputusan membeli lebih besar akibat dorongan emosi.
How Emotion Influences B2B Buying (vidyard.com/blog)
Seperti apa pun kondisi produk Anda, customer selalu berharap“lebih”. Oleh sebab itu, tampilkan berbagai informasi atau konten yang mampu memuat hal tersebut. Salah satu bentuknya yaitu dari sisi jenis konten.
Persentase konten yang dibuat dari emosi populer (neilpatel.com/blog)
Beri gambaran“mengejutkan” soal brand Anda kepada customer. Dengan catatan, istilah“mengejutkan” ini masih di dalam koridor“menyenangkan bagi customer”.
Oleh sebab itu, usahakan men-deliverbrand produk dalam rupa hiburan sejak pertama kali hadir. Pertemuan yang menyenangkan akan berpotensi menjalin hubungan yang penuh kesenangan pula.